Ironi 80 Tahun Kemerdekaan, Indonesia Masih Terjajah
Oleh. Mila Ummu Muthiah
(Aktivis Muslimah)
Tintaliterasi.com- Indonesia sudah
80 tahun merdeka, tapi berbagai masalah masih menumpuk. Kondisi ekonomi sedang
sulit. Data Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI mencatat,
pada awal 2025 tabungan masyarakat turun sekitar 1,09% dibanding tahun sebelumnya.
Artinya, banyak orang terpaksa memakai tabungan untuk kebutuhan sehari-hari.
Di sisi lain, gelombang PHK juga
terus terjadi. Data Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyebut
sekitar 60.000 pekerja terkena PHK di awal 2025, terutama di sektor tekstil,
garmen, elektronik, dan makanan cepat saji. Menurut Apindo dan Kementerian
Ketenagakerjaan, sampai pertengahan Mei 2025 sudah ada 26.455–73.992 kasus PHK.
Ironi besar di peringatan kemerdekaan ini adalah
rakyat memang merdeka secara fisik, tapi masih terjajah oleh penerapan ideologi
yang tidak adil. Penerapan sistem kapitalisme membuat rakyat kehilangan pekerjaan, harga kebutuhan
naik, tabungan dikuras demi memenuhi kebutuhan pokok—semua ini membuat kemerdekaan belum terasa nyata bagi rakyat. Fenomena
“makan tabungan” bukan karena boros, tapi karena pendapatan tidak naik
sementara biaya hidup terus membengkak. PHK massal di berbagai sektor padat
karya adalah bukti sistem ekonomi gagal melindungi rakyat.
Sistem kapitalisme hanya menguntungkan segelintir
orang kaya, sementara mayoritas rakyat tertinggal. Upah tidak naik, harga
pangan melonjak, utang rumah tangga bertambah. Generasi muda sulit mendapat
pekerjaan layak, banyak yang terjebak pinjol dan judol, serta hidup dengan
beban cicilan ribawi.
Lebih parah lagi, masyarakat juga dijajah secara
pemikiran. Berbagai program seperti “deradikalisasi”, “moderasi beragama”, dan
“dialog antaragama” membuat umat semakin jauh dari ajaran Islam yang benar.
Akibatnya, cita-cita kemandirian dan keadilan tergantikan oleh kompromi dengan
sistem sekuler dan kapitalisme.
Kita memang merayakan kemerdekaan, tapi
kenyataannya banyak rakyat hidup dalam kekhawatiran, bukan kesejahteraan. Jika
kondisi ini dibiarkan, kemerdekaan hanya jadi slogan kosong. Kemerdekaan hakiki
baru akan tercapai jika rakyat bebas dari penjajahan ekonomi dan ideologi
asing.
Solusi Islam Kafah
Satu-satunya jalan untuk membebaskan Indonesia
dari penjajahan modern—baik ekonomi maupun pemikiran—adalah dengan menerapkan Sistem
Islam secara Kaffah. Sistem ini bukan sekadar teori, tapi aturan hidup yang
lengkap dari Allah, di mana negara bertanggung jawab penuh menyejahterakan
rakyat.
Dalam Sistem Islam Kafah:
- Sumber daya umum dikelola negara dan hasilnya dipakai untuk memenuhi
kebutuhan rakyat seperti: infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan
keamanan.
- Negara menjalankan industrialisasi untuk membuka lapangan kerja dan
menjaga kestabilan ekonomi.
- Tanah dibagikan kepada rakyat yang mau mengelolanya.
- Fakir miskin diberi santunan langsung dari baitulmal tanpa syarat
memalukan.
Selain itu, Sistem Islam akan menjaga agar umat
tetap berpikir sesuai syariat. Pendidikan, budaya, dan hukum dibangun
berdasarkan Islam, sehingga umat tidak mudah dipengaruhi ide-ide sekuler atau
kapitalis.
Perubahan besar ini hanya bisa terjadi jika ada
gerakan dakwah Islam ideologis yang berjuang mengubah sistem kufur menjadi
sistem Islam. Ini bukan sekadar urusan politik, tapi juga kebangkitan kesadaran
yang akan membawa kebebasan sejati bagi umat.
Khatimah
Peringatan 80 tahun kemerdekaan seharusnya
menjadi simbol keadilan. Tapi kalau rakyat masih miskin, PHK terus terjadi, dan
pikiran umat dibentuk oleh ideologi asing, itu artinya kemerdekaan belum
tercapai sepenuhnya. Sistem Islam Kafah adalah solusi nyata untuk menciptakan
kemandirian, keadilan, dan kemakmuran rakyat. Karena itu, umat harus bersatu
memperjuangkan tegaknya Khilafah, yang akan mewujudkan kemerdekaan hakiki di
bawah naungan syariat Allah.
Wallahu a’lam bishshawab.