Mustafa Kemal Attaturk dan Hancurnya Negara Islam



Oleh: Ayufeb Khasanaa

(Aktivis Muslimah)


Pada Kamis (10-04-2025), Presiden Prabowo memberikan pidato di hadapan para anggota Parlemen Turki di Angkara dalam kunjungan kenegaraannya. Dalam pidatonya tersebut, orang nomor 1 Indonesia itu mengatakan bahwa sebagai anak muda ia punya pahlawan dan ikon, yaitu Mustafa Kemal Attaturk dan Mahmed Sang Penakluk. Selain itu, di kantor dan rumah beliau sampai ada patung Mustafa Kemal Attaturk. (Bbc.com, 16-04-2025)


Pernyataan Prabowo dalam pidatonya tersebut menuai pro kontra dan viral di media sosial. Pasalnya Prabowo secara terang-terangan mengagumi sosok Mustafa Kemal Attaturk dan menjadi sorotan publik. Dalam catatan sejarah peradaban Islam, Mustafa Kemal Attaturk dikenal sebagai tokoh yang berperan dalam pembubaran Kekhalifahan Islam Turki Utsmaniyah, yang resmi berakhir pada 3 Maret 1924. Melalui penerapan ideologi sekularisme, Attaturk menggantikan sistem hukum Islam dengan sistem sekuler, yang berdampak pada perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat saat itu hingga masa kini.


Kebijakan Mustafa Kemal Attaturk 


Mustafa Kemal Attaturk adalah Presiden pertama Turki yang merombak total sistem pemerintahan Turki, dari yang awalnya berbentuk Khilafah Islam absolut menjadi sebuah republik sekuler. Perubahan yang ia lakukan berdampak besar pada sistem Islam yang telah mengakar di masyarakat Turki. Imabsnya, banyak di antaranya yang kemudian digantikan dengan nilai-nilai sekuler. 


Meskipun dunia mengenalnya sebagai pelopor modernisasi Turki, Attaturk juga adalah sosok yang memisahkan agama dari urusan negara. Ia dikenal sebagai bapak sekularisasi di Turki. Setelah menjabat sebagai presiden, ia mencabut sistem pemerintahan berbasis syariat Islam, menghapus jabatan khalifah, menerapkan hukum Barat dan menggantikannya menjadi hukum Islam, serta menutup sejumlah tempat ibadah dan lembaga pendidikan agama.


Salah satu kebijakan paling kontroversialnya adalah mengganti lafal azan dari bahasa Arab ke bahasa Turki, yang saat itu membuat banyak warga menangis karena merasa kehilangan esensi spiritual dari panggilan Salat. Azan biasanya dilantunkan dalam satu bahasa universal di seluruh dunia yaitu bahasa Arab.


Selain itu, Attaturk juga menghapus pendidikan agama dari kurikulum sekolah umum, melarang penggunaan jilbab bagi perempuan di ruang publik, dan meniadakan pemisahan pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Ia mengganti huruf Arab dengan aksara Latin, serta memperkenalkan sistem kalender, pakaian, dan hukum gaya Barat.


Sekularisasi yang ia terapkan sejak hampir satu abad lalu masih meninggalkan jejak kuat hingga sekarang. Menurut pemandu wisata Turki, Ali Ekinci, meskipun 99 persen warga Turki mengaku beragama Islam dari total sekitar 80 juta jiwa, sebagian besar menjalani hidup dengan cara yang cenderung sekuler. Mereka beriman kepada Allah, tetapi tidak lagi menjalankan ajaran Islam secara menyeluruh.


Kebijakan-kebijakan baru tersebut memberi perubahan signifikan terhadap peran Islam dalam segala aspek kehidupan. Tidak sedikit dari kebijakan tersebut  yang bertentangan dengan aturan Islam. Padahal mayoritas masyarakat Turki adalah seorang muslim.  Sedang melalui sistem Islam seorang khalifah mengatur seluruh urusan umat dengan syariat Allah. Olehnya itu tidak boleh memisahkan agama dari kehidupan. 


Alasan Prabowo Mengagumi Attaturk


Dilansir dari kompas.com (10-04-2025), menurut Prabowo, sosok Attaturk dalah sebuah contoh keberanian dan kepemimpinan. Beliau juga mengatakan bahwa Mustafa Kemal Attaturk adalah sebuah ikon yang patriotisme dan semangat tidak pantang menyerah.


Keberanian dan kepemimpinan adalah dua karakter yang saling melengkapi. Di mana keberanian memberi kekuatan bagi seorang pemimpin untuk melaksanakan tugas yang diperlukan. Sedangkan kepemimpinan memberikan arah dan tujuan bagi keberanian tersebut. Akan tetapi, sifat tersebut harus disalurkan sesuai syariat Islam. Terlepas dari sifat-sifat tersebut, seharusnya pak Prabowo menelusuri terlebih dulu siapa sosok Mustafa kemal. Karena meneladani seseorang tidak hanya harus memiliki sifat baik tertentu. Apalagi sosok yang dikagumi adalah bukan seorang muslim bahkan seorang pembenci Islam.


Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk adalah muslim. Sebagai seorang muslim tidak sepatutnya mencontoh bahkan sampai mengagumi seorang pembenci Islam selayaknya Attaturk. Apalagi dilakukan oleh seorang pemimpin seperti Prabowo yang merupakan seorang muslim. Seorang pemimpin muslim seharusnya menjadi sosok yang fathonah dan menjadi teladan yang baik untuk umat Islam.


Syarat Mengagumi dalam Islam


Dalam Islam, mengagumi seseorang boleh saja asal tidak menyimpang. Apalagi sebagai seorang muslim tentu mempunyai aturan sesuai syariat dalam mengagumi seperti:

1. Tidak berlebihan (ghuluw)

Kekaguman tidak boleh sampai pada tahap mengultuskan, menganggap orang tersebut suci, atau tak pernah salah.

Nabi Muhammad saw. bersabda: "Janganlah kalian memujiku secara berlebihan sebagaimana orang Nasrani memuji Isa putra Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: hamba Allah dan Rasul-Nya." (HR. Bukhari, no. 3445)

Mengagumi dalam Islam dibolehkan selama tidak berlebihan, tidak membenarkan kesalahan, dan dijadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan iman dan akhlak.


2. Tidak meniru keburukannya


Hanya sifat-sifat baik yang boleh dikagumi dan diteladani. Kekaguman tidak boleh membuat kita membenarkan perbuatan buruknya. Selain itu, meniru perilaku atau ciri khas orang/kaum yang menyimpang bisa menjadikan kita bagian dari mereka secara hukum dan nilai. Setiap tindakan akan dimintai pertanggungjawaban, dan meniru kesalahan bisa menyesatkan.


3. Tidak mengabaikan Allah dan Rasul-Nya

Rasa kagum kepada manusia tidak boleh lebih besar daripada cinta dan ketaatan kepada Allah dan Nabi Muhammad saw.. Jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perintah atau larangan, maka tidak boleh mengutamakan pendapat atau tokoh mana pun di atasnya. Mengabaikan ajaran Rasulullah saw. berarti membahayakan diri sendiri, baik di dunia maupun akhirat. 


4. Tidak melanggar syariat

Kekaguman tidak boleh mendorong kepada maksiat, seperti fanatisme buta, taklid tanpa ilmu, atau menjadikan orang tersebut sebagai rujukan agama tanpa dasar yang sah. Meninggalkan hukum Allah (syariat) dan memilih hukum lain merupakan dosa besar, bahkan bisa masuk dalam kekufuran.


5. Menjadi dorongan untuk kebaikan

Kekaguman seharusnya mendorong kita untuk memperbaiki diri, meneladani akhlaknya, atau semangatnya dalam kebaikan. Sebagai contoh Nabi Muhammad saw. adalah teladan utama bagi setiap umat muslim. Mengagumi beliau harus membawa kita kepada amal salih dan peningkatan iman.


Pembubaran institusi Khilafah oleh Kemal Ataturk dan sekutunya menjadi titik balik tragis dalam sejarah umat Islam. Sejak saat itu, umat hidup terpisah dari hukum Ilahi, terjerumus dalam penderitaan tanpa ujung di berbagai penjuru dunia. Krisis ini bukan sekadar politik—ia adalah krisis identitas dan kepemimpinan umat. Maka, upaya paling mendesak adalah merebut kembali Khilafah sebagai sistem pemerintahan yang menyatukan dan membebaskan umat dari dominasi kekuatan kufur.


Kini saatnya kaum muslim bersatu dalam visi dan aksi. Jika kekuatan sekuler mampu menjatuhkan Khilafah dengan ideologi mereka, maka dengan keimanan yang teguh dan perjuangan yang terarah, umat ini mampu menegakkannya kembali. Insyaallah. Wallahu a’lam bishawwab.[]

Postingan populer dari blog ini

Bijak Menilai Konten Pejabat

Polemik Panjang Ijazah Jokowi