Mengenal Mustafa Kemal Ataturk
Oleh. Mila Ummu Muthiah
(Aktivis Perempuan)
Saat berpidato di depan parlemen Turki pada Kamis (10/4/2025), Presiden Prabowo Subianto mengaku sebagai pengagum sejarah Turki. Prabowo bercerita bahwa semasa muda dirinya mengidolakan Mustafa Kemal Ataturk dan Sultan Muhammad Al-Fatih atau Mehmed II "Sang Penakluk". (CNN Indonesia, 11-4-2025)
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga menganggap Turki memiliki tempat istimewa di hati rakyat Indonesia. Menurutnya, Turki adalah peradaban Muslim terbesar bagi umat Muslim di Indonesia. Prabowo juga mengungkapkan bahwa di kantornya di Jakarta, terdapat patung Mustafa Kemal Ataturk.
Faktanya, dalam sejarah peradaban Islam telah tercatat bahwa Mustafa Kemal adalah kaki tangan Barat yang menghancurkan Khilafah. Begitulah, telah terjadi penguburan dan pengaburan sejarah. Kejayaan Islam pernah tenggelam di tangan seorang lelaki keturunan Yahudi, Mustafa Kemal Attaturk. Dengan sokongan Inggris dan Perancis ia menyusup ke tubuh Khilafah Turki Ustmani kala itu, lalu bermanuver merancang strategi untuk menghancurkan Khilafah dari dalam. Hingga akhirnya Khilafah pun dinyatakan roboh pada 3 Maret 1924. Namun, ironisnya sosok Mustafa Kemal Attaturk justru dikenal sebagai pahlawan yang mengeluarkan Turki dari cengkeraman dogmatis agama menuju negara modern.
Begitulah, telah terjadi penguburan dan pengaburan sejarah. Mustafa Kemal justru ditokohkan sebagai Bapak Turki sebagaimana pelekatan di akhir namanya 'Atta' yang berarti Bapak dan 'Turk' yang berarti Turki. Bahkan Mustafa dianggap sebagai Bapak Nasionalisme Turki. Sosok yang membawa perubahan bagi Turki.
Di dalam buku "Kamal Attaturk: Pengusung Sekularisme dan Penghancur Khilafah Islamiah" yang ditulis oleh Dhabit Turki Sabiq dan diterjemahkan oleh Abdullah Abdurahman Ja'far Shadiq diungkapkan bahwa Mustafa Kamal sejak masih berada di Qashthamuni, yakni di wilayah Laut Hitam, telah terlintas di benaknya untuk membuat undang-undang yang mengharamkan pemakaian peci dan menggantinya dengan topi.
Tak hanya itu, Mustafa Kemal juga mengubah Masjid Hagia Sofia menjadi museum, bahkan menghapus bahasa Arab dan menggantinya dengan bahasa lokal Turki.
Dengan rekam jejaknya yang sedemikian nyata sebagai tokoh pembenci Islam, sudah semestinya kaum muslimin dapat bijak menempatkan sikap. Tidak bersimpatik kepadanya dan tidak terlarut dalam tipuan Barat yang menokohkan Mustafa Kemal sebagai Bapak Pembaharu Turki. Seolah baik, namun di baliknya ada borok yang berusaha ditutupi rapat-rapat.
Keberhasilan Mustafa menghancurkan Khilafah menjadi sebab makin mundurnya Turki dan umat Islam dunia pada umumnya. Pintu segala bencana terbuka dengan lebar. Turki sendiri tidak pernah bisa mewujudkan mimpi kosong Mustafa sang pengkhianat. Bahkan, dari masa ke masa, Turki jadi bulan-bulanan Barat, sementara itu rakyatnya makin kehilangan identitas kemuslimannya.
Hal ini berlangsung hingga sekarang. Keagungan Turki hanya ada dalam cerita-cerita sejarah sebagai jualan untuk meraup devisa. Muslim yang mayoritas ternyata tidak merepresentasi keagungan din Islam lantaran Turki dengan sadar menjadikan sekularisme sebagai dasar undang-undang.
Kebesaran Turki di dunia internasional pun masih sebatas retorika. Tetap saja tangannya tidak mampu menghentikan penjajahan umat yang terjadi di hadapan mata. Mereka sama sekali tidak mampu membela Palestina atas arogansi Israel, padahal Turki punya tentara.
Benar bahwa hari ini girah Islam mulai merebak di tengah umat. Namun, selama sekularisasi tetap menjadi landasan negara, Turki tidak akan bisa kembali pada sejarah emas peradabannya. Begitu pun dengan umat Islam dunia, mereka tidak bisa berharap pada retorika para pemimpinnya.
Sungguh, kemuliaan muslim Turki hanya ada pada ideologi Islam. Oleh karenanya, ambil dan perjuangkanlah bersama umat Islam dunia yang konsisten memperjuangkannya. Wallahu a’lam bishawwab.